Legenda dan Sejarah Desa Ekang Anculai
Desa Ekang Anculai memiliki sejarah dan legenda yang menarik. Nama "Ekang Anculai" diambil dari bahasa Tionghoa "Gek," yang berarti "Rumah yang Merah di Tepi Sungai." Pada masa awal, mayoritas penduduk desa ini adalah etnis Tionghoa. Mereka datang dan menetap di daerah ini untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Bukti keberadaan mereka masih dapat dilihat hingga kini melalui peninggalan-peninggalan budaya dan bangunan bersejarah.
Awal Mula Desa Ekang Anculai
Pada tahun 1979, dengan jumlah penduduk sekitar 2.500 jiwa, desa ini mengajukan pemekaran desa untuk pertama kalinya, Desa Ekang Anculai dimekarkan menjadi dua desa, Desa Ekang Anculai dan Desa Sri Bintan. Pemekaran kedua terjadi pada tahun 2007 akhir, yang menghasilkan Kelurahan Kota Baru. Proses pemekaran ini bertujuan untuk mempercepat pembangunan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
Masa Kolonial dan Pendudukan Jepang
Pada masa kolonial Belanda, Desa Ekang Anculai menjadi salah satu daerah yang strategis untuk pertanian dan perdagangan. Masyarakat mulai membangun permukiman dan mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi seperti bercocok tanam, beternak, dan menangkap ikan. Kehidupan di desa ini sangat bergantung pada alam, dan interaksi sosial antar penduduk sangat erat. Ketika Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, Desa Ekang Anculai turut merasakan dampak dari kehadiran tentara Jepang. Penduduk setempat banyak yang direkrut untuk bekerja paksa di berbagai proyek infrastruktur militer Jepang. Masa-masa ini adalah periode yang sulit bagi masyarakat desa, namun semangat gotong royong dan persatuan tetap kuat.
Periode Kemerdekaan dan Awal Pembangunan
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Desa Ekang Anculai mulai mengalami perubahan signifikan. Pada tahun 1950-an, desa ini mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah untuk pengembangan infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum. Masyarakat mulai lebih terorganisir dalam mengelola sumber daya dan memperbaiki kesejahteraan mereka.
Masa Orde Baru
Pada era Orde Baru (1966-1998), pembangunan desa semakin digalakkan oleh pemerintah. Desa Ekang Anculai mendapatkan banyak bantuan dalam bentuk program pembangunan desa yang berfokus pada peningkatan infrastruktur dan ekonomi lokal. Pada masa ini, desa mulai merasakan kemajuan yang pesat, dengan adanya sekolah, puskesmas, dan pasar desa yang lebih baik.
Reformasi dan Era Modern
Setelah era Reformasi, Desa Ekang Anculai terus mengalami perkembangan. Pemerintahan desa lebih demokratis, dengan adanya Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang aktif berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama kepala desa. Pada tahun 2000-an, desa ini mulai memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung kegiatan pemerintahan dan ekonomi.
Pemekaran Desa
Pada tahun 2007 akhir, Desa Ekang Anculai kembali mengalami pemekaran sebagian wilayahnya menjadi Kelurahan Kota Baru yang diresmikan pada Januari 2008. Proses pemekaran ini berjalan lancar dan menghasilkan Kelurahan Kota Baru yang memiliki potensi pariwisata lagoi.
Sejarah Kepemimpinan Desa Ekang Anculai
Pemerintahan Desa Ekang Anculai
Pada Tahun 1954 s.d 1966 di Pimpin oleh seorang dari Etnis Tionghoa yang
bernama LIM SANG DJOE yang pada masa itu
disebut sebagai Kepala Kampung. Selanjutnya pada tahun 1966 s.d 1971 digantikan
Pejabat Sementara (PJS) bersuku melayu yaitu RAJA MAKSOEM dari Pegawai Negeri Silpil
Perangkat Kecamatan. Pada tahun 1971 s.d 1981 terpilih kembali seorang Kepala Kampung
dari Etnis Tionghoa bernama SAMIRAN. Sekitar tahun 1979 Desa Ekang Anculai dimekarkan
sehingga terbentuklah sebuah Desa yang diberi nama Desa Sri Bintan. Sejak pemekaran
Desa Ekang Anculai. Kemudian pada Januari 1982 s.d September 1982 di Pimpin oleh
Pejabat Sementara (PJS) yang bernama SURYONO SELAMAT dari suku Jawa, pada Oktober
1982 s.d Desember 1984 masih di pimpin Pejabat
Smentara (PJS) dari suku Jawa bernama Purnawirawan
WALUYO merupakan anggota TNI AU
(Angkatan Udara ). Pada tahun 1985 s.d 2002 terpilih kembali seorang Pemimpin
yang telah disebut sebagai Kepala Desa melalui pemilihan sacara demokratis dari
suku Jawa yang bernama SUPARLAN merupakan Babinsa dari TNI AD. Pada tahun Maret
2003 s.d September 2007 Desa Ekang Anculai di Pimpin oleh Kepala Desa dari suku
Jawa yang bernama BONARI. Pada masa ini Desa Ekang Anculai dimekarkan kembali wilayahnya
menjadi Kelurahan Kota Baru dan ditetapkan pada Januari s.d Juli 2008, yang
saat itu Pemerintahan Desa Ekang Anculai dipimpin oleh PelaksanaTugas (Plt )
dari suku Jawa bernama P.N. BUDIYANTO. Pada Juli 2008 s.d Juni 2014 terpilih kembali
Kepala Desa bernama BONARI untuk kepemimpinan priode ke 2, setelah masa jabatan
priodeke 2 selesai Desa Ekang Anculai kemudian pada Juni 2014 s.d Februari
2016.Pemerintahan Desa di pimpin
oleh Pelaksan Tugas ( Plt ) Bapak P.N.BUDIYANTO, SE, yang saat itu telah menjadi
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pada Februari 2016 s.d Mei 2016 Desa Ekang Anculai dipimpin
oleh Pelaksana Tugas ( Plt ) dari suku Bugis yang bernama IBRAHIM, SE. Kemudian
dengan berjalannya waktu Desa Ekang Anculai kembali mengadakan pemilihan Kepala
Desa secara demokratis dan serentak se Kabupaten Bintan yang kembali Kepala Desa
secara demokratis dan serentak se Kabupaten Bintan yang kembali dipimpin oleh seorang
dari suku Jawa yaitu Bapak BONARI. Untuk kepemimpinannya pada priode yang ke 3
dengan masa jabatan dari Juni 2016 s.d tahun 2022. Pada tanggal 6 Juni s.d 16 Desember 2022 di pimpin oleh Pelaksana Tugas (Plt) Bapak Bagus Prasetyo, S.STP. Kemudian dengan berjalan waktu Desa Ekang Anculai kembali mengadakan pemilihan Kepala Desa secara demokratis dan serentak se Kabupaten Bintan dipimpin seorang dari suku Melayu yaitu Bapak Zaili Adi hingga saat ini.